matematika smk kelas x
A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1. Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan riil
|
1. 1 Menerapkan operasi pada bilangan riil
1. 2 Menerapkan operasi pada bilangan berpangkat
1. 3 Menerapkan operasi pada bilangan irasional
1. 4 Menerapkan konsep logaritma
|
2. Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep aproksimasi kesalahan
|
2. 1 Menerapkan konsep kesalahan pengukuran
2. 2 Menerapkan konsep operasi hasil pengukuran
|
3. Memecahkan masalah berkaitan sistem persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat
|
3. 1 Menentukan himpunan penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan linier
3. 2 Menentukan himpunan penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan kuadrat
3. 3 Menerapkan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat
3. 4 Menyelesaikan sistem persamaan
|
4. Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep matriks
|
4. 1 Mendeskripsikan macam-macam matriks
4. 2 Menyelesaikan operasi matriks
4. 3 Menentukan determinan dan invers
|
5. Menyelesaikan masalah program linier
|
5. 1 Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier
5. 2 Menentukan model matematika dari soal ceritera (kalimat verbal)
5. 3 Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linier
5. 4 Menerapkan garis selidik
|
6. Menerapkan logika matematika dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor
|
6. 1 Mendeskripsikan pernyataan dan bukan pernyataan (kalimat terbuka)
6. 2 Mendeskripsikan ingkaran, konjungsi, disjungsi, implikasi, biimplikasi dan ingkarannya
6. 3 Mendeskripsikan invers, konvers dan kontraposisi
6. 4 Menerapkan modus ponens, modus tollens dan prinsip silogisme dalam menarik kesimpulan
|
7. Menerapkan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah
|
7. 1 Menentukan nilai perbandingan trigonometri suatu sudut.
7. 2 Mengkonversi koordinat kartesius dan koordinat kutub
7. 3 Menerapkan aturan sinus dan kosinus
7. 4 Menentukan luas suatu segitiga
7. 5 Menerapkan rumus trigonometri jumlah dan selisih dua sudut
7. 6 Menyelesaikan persamaan trigonometri
|
8. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat
|
8. 1 Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi
8. 2 Menerapkan konsep fungsi linier
8. 3 Menggambarkan fungsi kuadrat
8. 4 Menerapkan konsep fungsi kuadrat
8. 5 Menerapkan konsep fungsi eksponen
8. 6 Menerapkan konsep fungsi logaritma
8. 7 Menerapkan konsep fungsi trigonometri
|
9. Menerapkan konsep barisan dan deret dalam pemecahan masalah
|
9. 1 Mengidentifikasi pola, barisan, dan deret bilangan
9. 2 Menerapkan konsep barisan dan deret aritmatika
9. 3 Menerapkan konsep barisan dan deret geometri
|
10. Menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi dua
|
10. 1 Mengidentifikasi sudut
10. 2 Menentukan keliling bangun datar dan luas daerah bangun datar
10. 3 Menerapkan transformasi bangun datar
|
11. Menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga
|
11. 1 Mengidentifikasi bangun ruang dan unsur-unsurnya
11. 2 Menghitung luas permukaan
11. 3 Menerapkan konsep volume bangun ruang
11. 4 Menentukan hubungan antarunsur-unsur dalam bangun ruang
|
12. Menerapkan konsep vektor dalam pemecahan masalah
|
12. 1 Menerapkan konsep vektor pada bidang datar
12. 2 Menerapkan konsep vektor pada bangun ruang
|
13. Memecahkan masalah dengan konsep teori peluang
|
13. 1 Mendeskripsikan kaidah pencacahan, permutasi, dan kombinasi
13. 2 Menghitung peluang suatu kejadian
|
14. Menerapkan aturan konsep statistik dalam pemecahan masalah
|
14. 1 Mengidentifikasi pengertian statistik, statistika, populasi, dan sampel
14. 2 Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram
14. 3 Menentukan ukuran pemusatan data
14. 4 Menentukan ukuran penyebaran data
|
15. Menerapkan konsep irisan kerucut dalam memecahkan masalah
|
15. 1 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan lingkaran
15. 2 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan parabola
15. 3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan elips
15. 4 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan hiperbola
|
16. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah
|
16. 1 Menjelaskan secara intuitif arti limit fungsi di suatu titik dan di tak hingga
16. 2 Menggunakan sifat limit fungsi untuk menghitung bentuk tak tentu fungsi aljabar dan trigonometri
16. 3 Menggunakan konsep dan aturan turunan dalam perhitungan turunan fungsi
16. 4 Menggunakan turunan untuk menentukan karakteristik suatu fungsi dan memecahkan masalah
16. 5 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan ekstrim fungsi dan penafsirannya
|
17. Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah
|
17. 1 Memahami konsep integral tak tentu dan integral tentu
17. 2 Menghitung integral tak tentu dan integral tentu dari fungsi aljabar dan fungsi trigonometri yang sederhana
17. 3 Menggunakan integral untuk menghitung luas daerah di bawah kurva dan volum benda putar
|
B. Arah Pengembangan
Standar
kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk
mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan
pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan
Standar Penilaian.
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Matematika
bagi siswa SMK pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak
disenangi. Guru sebagai pendidik dalam hati bertanya, mengapa mereka
tidak menyenanginya ?. Berdasarkan pertanyaan tersebut perlu adanya
pemecahan, salah satunya adalah dalam menyampaikan materi matematika
perlu memperhatikan pendekatan diantaranya metode mengajar yang lebih
menarik disamping guru juga harus mempunyai kompetensi dalam menjelaskan
konsep-konsep dasar materi / pokok bahasan matematika yang akan
diajarkan kepada siswa, karena guru merupakan faktor yang sangat
menentukan bagi keberhasilan anak didik.
Konsep
- konsep dasar materi / pokok bahasan matematika, khususnya Aproksimasi
ini merupakan materi yang harus dikuasai oleh siswa SMK karena sangat
menunjang kelancaran penyampaian materi lainnya. Pada waktu melaksanakan
pelajaran praktik, siswa kadang kala melaksanakan pengukuran, maka hal
tersebut ada keterkaitannya dengan aproksimasi. Oleh karena itu guru
matematika SMK perlu memahami pembelajaran aproksimasi di sekolahnya.
B. Tujuan
Setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan ( diklat ) peserta diharapkan mampu menjelaskan dan memberi contoh :
1. pembulatan hasil pengukuran ditentukan berdasar konsep aproksimasi.
2. salah mutlak, salah relatif, jumlah dan hasil kali dua pengukuran.
C. Ruang Lingkup
Bahan
ajar Aproksimasi dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi guru
matematika SMK dalam menjelaskan konsep-konsep dasar materi / pokok
bahasan matematika yang akan diajarkan kepada siswa. Hal-hal
yang akan dibahas meliputi : : Pengertian Aproksimasi, Pembulatan,
Salah mutlak, Salah relatif, Persentase Kesalahan, Toleransi dan
Batas-batas Pengukuran.
Bab II
Aproksimasi
A. Pengertian Aproksimasi
Dalam
percakapan sehari-hari, sering kita menyebut suatu bilangan, misalnya “
Keranjang ini isinya 12 butir telur ”, atau “ Model pakaian ini
memerlukan kain 3 meter ” . Dua contoh kalimat tadi menyebut bilangan
yang diperoleh secara berbeda, yaitu bilangan 12 diperoleh dari kegiatan
“ membilang ” karena bilangan yang dimaksud adalah eksak yang hanya ada
satu jawaban yang tepat untuk persoalan itu, sedangkan bilangan 3
diperoleh dari “ pengukuran ” karena bilangan yang didapat hasilnya
tidak pasti ( tidak eksak ) mungkin 2,99… meter, sehingga dibulatkan
saja menjadi 3 meter. Dari kegiatan pengukuran tersebut walaupun
telitinya dalam mengadakan suatu pengukuran, tidak akan dapat menyatakan
ukuran yang tepat, meskipun suatu ukuran yang demikian itu ada. Dengan
demikian bilangan yang diperoleh dari mengukur itu hanyalah pendekatan
atau pembulatan. Pembulatan seperti ini disebut aproksimasi.
B. Pembulatan
Semua pengukuran adalah “ pendekatan “ oleh karena itu hasil-hasil pengukuran panjang, massa, waktu, luas dan sebagainya harus diberikan menurut ketelitian yang diperlukan.
Pembulatan
dilakukan dengan aturan, jika angka berikutnya 5 atau lebih dari 5 maka
nilai angka di depannya ditambah satu. Kalau angka berikutnya kurang
dari 5 maka angka tersebut dihilangkan dan angka di depannya tetap.
Ada tiga macam cara pembulatan, yaitu :
a. pembulatan ke ukuran satuan ukuran terdekat
b. pembulatan ke banyaknya angka desimal, dan
c. pembulatan ke banyaknya angka-angka yang signifikan
1. Pembulatan ke Ukuran Satuan Terdekat
Dalam hal pembulatan ke ukuran satuan yang terdekat, ditetapkan lebih dahulu satuan terkecil yang dikehendaki oleh yang mengukur
Contoh :
a. 165,5 cm = 166 cm , dibulatkan ke cm terdekat
b. 2, 43 kg = 12 kg , dibulatkan ke kg terdekat
c. 14,16 detik = 14,2 detik, dibulatkan ke persepuluh detik terdekat
2. Pembulatan ke Banyaknya Angka-angka Desimal
Untuk
mempermudah pekerjaan, kadang-kadang perlu diadakan pembulatan suatu
bilangan desimal sampai ke sekian banyak tempat desimal sesuai dengan
maksud yang dikehendaki.
Contoh :
5,47035 = 5,4704 dibulatkan sampai empat tempat desimal
= 5,470 dibulatkan sampai tiga tempat desimal
= 5,47 dibulatkan sampai dua tempat desimal
= 5,5 dibulatkan sampai satu tempat desimal
3. Pembulatan ke Banyaknya Angka-angka yang Signifikan
Cara
lain untuk menyatakan ketelitian pendekatan, yaitu dengan cara
menetapkan banyaknya angka yang signifikan. Istilah signifikan berasal
dari bahasa Inggris “ Significant “ yang berarti “ bermakna
“.Kita menyatakan bahwa 64,5 cm mempunyai 3 angka signifikan dan 65 cm
mempunyai 2 angka yang signifikan.
Jika diketahui suatu bilangan, berikut adalah aturan-aturan untuk menentukan angka-angka mana yang signifikan :
a. Angka yang tidak nol selalu signifikan
b. Angka “ 0 “ itu signifikan jika letaknya diantara angka-angka yang signifikan.
c. Angka
“ 0 “ itu tidak pernah signifikan jika mendahului angka-angka yang
tidak nol bahkan jika angka-angka nol itu muncul sesudah tanda tempat
desimal
d. Angka “ 0 “ itu signifikan jika muncul setelah tanda tempat desimal dan angka-angka lain yang signifikan
e. Angka “ 0 “ pada suatu bilangan, khususnya yang ditandai “strip “ atau “ bar “ adalah signifikan.
Contoh :
1) 807003 Disini mempunyai 6 angka signifikan.
2) 032,00
m. Dua angka nol ( dibelakang ) di sini menyatakan bahwa panjang telah
diukur sampai ke perseratusan meter terdekat, jadi signifikan, di sini
ada 4 angka signifikan
3) 0,0720
km. Dua angka nol yang pertama menunjukkan tempat koma, jadi tidak
signifikan. Nol yang ketiga menunjukkan bahwa panjang telah diukur
sampai ke persepuluhan meter, jadi signifikan. Di sini ada 3 angka
signifikan
4) 20,080 km. Di sini mempunyai 5 angka yang signifikan
5) 500
- dalam hal ini, dua angka nol bisa signifikan atau bisa tidak
signifikan. ( signifikan jika aslinya memang 500, tidak signifikan jika
aslinya tidak 500 misal: 496 atau 455 yang dibulatkan ke ratusan
terdekat.) Sehingga untuk memperjelas digunakan tanda strip misal: dan disini mempunyai 3 angka signifikan
Rangkuman :
1. Aproksimasi merupakan cara pendekatan atau pembulatan dari hasil suatu pengukuran yang dilakukan.
2. Aturan
pembulatan adalah jika angka berikutnya 5 atau lebih dari 5 maka angka
didepannya ditambah satu, tetapi jika angka berikutnya kurang dari 5
maka angka tersebut dihilangkan dan angka didepannya tetap.
3. Cara
pembulatan dapat dilakukan dengan pembulatan ke ukuran satuan terdekat,
pembulatan ke banyaknya angka desimal, dan pembulatan ke banyaknya
angka-angka yang signifikan.
Latihan 1 :
1. Manakah
dari pernyataan berikut ini yang eksak ( ditemukan dengan membilang )
dan mana yang merupakan pendekatan (ditemukan dengan pengukuran ).
Jelaskan !
a. Waktu yang digunakan untuk memasak makanan
b. Banyaknya kancing yang diperlukan untuk satu kemeja panjang
c. Harga 1 kg gula pasir
d. Volume minyak dalam botol ialah 1 liter
e. Jumlah uang yang dikumpulkan oleh suatu kelas untuk dana sosial
f. Kecepatan kendaraan yang menabrak pohon.
g. Banyaknya gula yang diperlukan untuk membuat kue tar
h. Beratnya suatu paket ialah 235 gram
i. Banyaknya rupiah untuk menukar uang kertas Rp. 1000,-
2. Jelaskan cara membulatkan 684573 ke :
a. puluhan b. ratusan c. ribuan d. puluh ribu yang terdekat
3. Bulatkan sampai satu tempat desimal : Jelaskan !
a. 4,89 b. 0,453 c. 308,04 d. 48,08 e. 13,2503
4. Bulatkan bilangan ini sampai banyaknya angka signifikan yang dinyatakan dalam kurung : Jelaskan !
a. 3,832 ( 1 ) d. 0,00529 ( 2 )
b. 28,091 ( 4 ) e. 3,2416 ( 3 )
c. 17,929 ( 3 )
5. Jelaskan cara menyatakan cm sebagai pecahan desimal dan bulatkan sampai :
a. seperpuluhan cm terdekat c. 3 tempat desimal
b. 2 angka signifikan d. 3 angka signifikan
Bab III
Bab III
Pengukuran
A. Kesalahan Hasil Pengukuran
Selisih
antara ukuran sebenarnya dan ukuran yang di peroleh dari pengukuran itu
disebut kesalahannya. Besarnya kesalahan ini dapat diperkecil dengan
menggunakan alat pengukur yang lebih teliti dan cara pengukuran yang
lebih teliti pula. Akan tetapi, hasil pengukuran tidak akan pernah eksak
sekalipun tidak terjadi kesalahan cara mengukurnya. Oleh karena itu,
kita perlu mengetahui pada setiap keadaan, sampai di mana kita dapat
mempercayai pengukuran kita, yaitu kita harus mengetahui kesalahan
maksimum yang dapat di tenggang.
Berikut ini akan diuraikan beberapa macam kesalahan :
a. Salah Mutlak
b. Salah Relatif
c. Persentase Kesalahan
1. Salah Mutlak
Pandanglah
pengukuran suatu panjang baut. Jika kita menggunakan penggaris yang
ditera dalam sentimeter, maka kita dapat mengatakan bahwa panjangnya
ialah 5 cm. Ini tidak berarti bahwa panjangnya 5 cm. Kita mengatakan
bahwa pengukuran ini tepat sampai sentimeter terdekat, dan kita
mengatakan bahwa satuan terkecil dari pengukuran ialah 1 cm. Jadi
panjang sebenarnya ialah lebih dekat ke 5 cm dari pada ke 4 cm atau ke 6
cm, yaitu panjangnya terletak pada suatu tempat antara 4,5 cm dan 5,5
cm dan kesalahannya sebesar-besarnya 0,5 cm. Kita mengatakan bahwa salah mutlaknya ialah 0,5 cm.
Perhatikan
dari penjelasan gambar berikut ini bahwa batas atas panjang baut ialah
5,5 cm dan batas bawahnya ialah 4,5 cm Dengan demikian salah mutlak
adalah setengah dari satuan ukuran terkecil.
5,5 cm Batas atas pengukuran
5 cm Pengukuran sampai cm terdekat
4,5 cm Batas bawah pengukuran
0,5 0,5 cm = Salah Mutlak
|
Contoh :
Seorang siswa dari program keahlian Tata Boga akan membuat kue, bahan yang diperlukan 0,6 kg tepung dan 8 butir telor ayam.
Dari keadaan tersebut dapat diketahui aspek pengukuran sebagai berikut :
Tepung :
Satuan ukuran terkecil = 0,1 kg
Jadi salah mutlak = ½ x 0,1 kg = 0,05 kg
Batas atas pengukuran = 0,65 kg
Batas bawah pengukuran = 0,55 kg
Telor :
Banyaknya telor ayam tepat 8 butir ( eksak )
2. Salah Relatif
Besar
kecilnya kesalahan sebetulnya dapat ditentukan oleh teliti tidaknya
alat yang digunakan. Memilih alat ukur yang digunakan harus disesuaikan
dengan kebutuhannya.
Misalnya
: seseorang bekerja membuat garis pinggir dari suatu lapangan
sepakbola. Suatu kesalahan sebesar 1 cm sampai 5 cm adalah relatif tidak
penting. Akan tetapi, suatu kesalahan 1 cm saja yang di perbuat oleh
seorang tukang kayu akan menggagalkan pekerjaannya. Demikian halnya jika
kita membuat kue dengan tepung 2 kg, yang dibubuhi esens terlalu
banyak ½ cangkir, akibatnya kue itu tidak enak dimakan. Sering kali
kita memandang suatu kesalahan dibandingkan dengan pengukuran yang
sebenarnya. Karena itu kita menggunakan istilah salah relatif ( nisbi ).
Salah relatif dirumuskan sebagai berikut :
|
Contoh :
Seorang
siswa membeli kain yang panjangnya 2,5 meter dengan satuan ukuran
terkecil 0,1 meter, berapakah salah relatif dari pengukuran yang
dilakukan ?
Jawab : Salah mutlak = ½ x 0,1 m = 0,05 m
Salah relatif = = =
3. Persentase Kesalahan
Untuk
menghitung persentase kesalahan dari suatu pengukuran , terlebih dahulu
dicari salah relatif dari pengukuran itu, kemudian mengalikan dengan
100 % ( yaitu dengan 1 )
Jadi persentase kesalahan dirumuskan sebagai berikut :
|
Contoh :
Sepucuk surat setelah ditimbang, ternyata beratnya 0,8 gram.
Carilah persentase kesalahan pengukuran itu ?
Jawab : satuan ukuran terkecil = 0,1 gram
Salah mutlak = ½ x 0,1 gram = 0,05 gram
Salah relatif = =
Persentase kesalahan = x 100 % = 6,25 %
B. Toleransi
Pada
industri modern yang menggunakan metode-metode produksi massal,
bagian-bagian alat sering kali dibuat dalam pabrik-pabrik yang berbeda
yang kemudian dikirim ke pabrik induk untuk dirakit. Karena itu penting
sekali memastikan bahwa bagian-bagian alat itu dibuat cukup teliti,
supaya cocok bila dirakit. Untuk itu biasanya kita menentukan kesalahan
maksimum ukuran yang diperbolehkan dalam pembuatan bagian-bagiannya.
Misalnya: Di sebuah pabrik kendaraan baut-bautnya dibuat dengan mesin
dan diharuskan berdiameter 6 mm spesifikasinya mungkin memperbolehkan
diameternya antara 5,8 mm dan 6,2 mm. Selisih antara batas-batas ini
yaitu 0,4 mm, disebut toleransi dalam pengukuran dan dinyatakan dengan (
6 ± 0,2 ) mm.
Jadi
toleransi dalam pengukuran ialah selisih antara pengukuran terbesar
yang dapat diterima dan pengukuran yang terkecil yang dapat diterima.
Contoh :
Toleransi
yang diperkenankan untuk massa ( 15 ± 0,5 ) gram, berarti massa
terbesar yang dapat diterima ialah 15 + 0,5 = 15,5 gram dan massa
terkecil yang dapat diterima ialah 15 – 0,5 = 14,5 gram sehingga
toleransinya adalah 1 gram.
C. Batas-batas Pengukuran
1. Penjumlahan Hasil Pengukuran
Untuk mengetahui batas-batas jumlah dari dua pengukuran perhatikan contoh berikut ini :
Contoh :
Berapakah batas-batas jumlah dari hasil-hasil pengukuran 5,2 cm dan 3,6 cm, masing masing dibulatkan ke 0,1 cm terdekat ?
Jawab :
Pengukuran 5,2 cm terletak dalam jangkauan ( 5,2 ± 0,05 ) cm, yaitu antara 5,15 cm dan 5,25 cm
Pengukuran 3,6 cm terletak dalam jangkauan ( 3,6 ± 0,05 ) cm, yaitu antara 3,55 cm dan 3,65 cm
Jumlah
maksimum diperoleh dari jumlah batas atas pengukuran yang pertama
dengan batas atas pengukuran yang kedua, sedangkan jumlah minimum
diperoleh dari jumlah batas bawah pengukuran yang pertama dengan batas
bawah pengukuran yang kedua
Jadi jumlah maksimum adalah 5,25 cm + 3,65 cm = 8,90 cm dan jumlah minimum adalah 5,15 cm +3,55 cm = 8,70 cm
Perhatikan
bahwa ternyata jumlah pengukuran 8,8 cm mempunyai salah mutlak 0,10 cm,
yang sama dengan jumlah dari salah mutlak dalam pengukuran-pengukuran
asal.
Jadi,
pengukuran-pengukuran kalau dijumlahkan , maka salah mutlak dari jumlah
pengukuran sama dengan jumlah salah mutlak dari tiap pengukuran asal.
2. Pengurangan Hasil Pengukuran
Untuk mengetahui batas-batas selisih dari dua pengukuran perhatikan contoh berikut ini :
Contoh :
Berapakah batas-batas selisih antara hasil-hasil pengukuran 5 cm dan 3 cm, masing masing dibulatkan ke sentimeter terdekat ?
Jawab :
Pengukuran 5 cm terletak dalam jangkauan ( 5 ± 0,5 ) cm, yaitu antara 4,5 cm dan 5,5 cm
Pengukuran 3 cm terletak dalam jangkauan ( 3 ± 0,5 ) cm, yaitu antara 2,5 cm dan 3,5 cm
Selisih
maksimum didapat dari jika nilai terbesar dari pengukuran yang pertama
dikurangi dengan nilai terkecil dari pengukuran yang kedua.Jadi, jumlah
maksimum = 5,5 cm - 2,5 cm = 3 cm
Selisih
minimum didapat dari jika nilai terkecil dari pengukuran yang pertama
dikurangi dengan nilai terbesar dari pengukuran yang kedua
Jadi, selisih minimum = 4,5 cm - 3,5 cm = 1 cm
Perhatikan
bahwa ternyata selisih pengukuran 2 cm mempunyai salah mutlak 1 cm,
yang sama dengan jumlah dari salah mutlak dalam pengukuran-pengukuran
asal.
Jadi,
jika hasil-hasil pengukuran dikurangkan, maka salah mutlak selisih
pengukuran sama dengan jumlah salah mutlak dari tiap pengukuran asal.
3. Perkalian Hasil-hasil Pengukuran
Untuk mengetahui batas-batas maksimum dan minimum perkalian dari dua pengukuran perhatikan contoh berikut ini :
Contoh :
Berapakah batas-batas luas persegi panjang dengan panjang 4,5 m dan lebar 3,4 m, masing masing dibulatkan ke 0,1 m terdekat ?
Jawab :
Pengukuran 4,5 m terletak dalam jangkauan ( 4,5 ± 0,05 ) m, yaitu antara 4,45 m dan 4,55 m
Pengukuran 3,4 m terletak dalam jangkauan ( 3,4 ± 0,05 ) m, yaitu antara 3,35 m dan 3,45 m
Luas maksimum yang mungkin = ( 4,55 x 3,45 ) m2 = 15,6975 m2
Luas minimum yang mungkin = ( 4,45 x 3,35 ) m2 = 14,9075 m2
Jadi luas sebenarnya terletak antara 14,9075 m2 dan 15,6975 m2 . Padahal luas yang dihitung atas dasar pengukuran panjang dan lebar adalah ( 4,5 x 3,4 ) m2 = 15,3 m2
Jadi dapat disimpulkan bahwa :
Luas maksimum = batas atas I x batas atas II
Luas minimum = batas bawah I x batas bawah II
Rangkuman :
1. Salah mutlak = ½ x satuan ukuran terkecil.
2.
3. Persentase Kesalahan = Salah relatif x 100 %
4. Toleransi
dalam pengukuran ialah selisih antara pengukuran terbesar yang dapat
diterima dan pengukuran yang terkecil yang dapat diterima.
5. jika
hasil-hasil pengukuran dijumlahkan , maka salah mutlak jumlah
pengukuran sama dengan jumlah salah mutlak dari tiap pengukuran asal.
6. jika
hasil-hasil pengukuran dikurangkan, maka salah mutlak selisih
pengukuran sama dengan jumlah salah mutlak dari tiap pengukuran asal.
Latihan 2 :
1. Jelaskan dan lengkapi daftar berikut ini :
Pengukuran
|
Satuan ukuran terkecil
|
Salah mutlak
|
Batas atas pengukuran
|
Batas bawah pengukuran
|
a. 8 cm
b. 6,7 m
c. 37,2 gram
d. 8,63 m2
|
2. Tinggi
seorang anak laki-laki ialah 153 cm, teliti sampai sentimeter terdekat.
Antara batas-batas manakah letak tinggi yang sebenarnya dan jelaskan?
3. Carilah salah relatif dan persentase kesalahan dari hasil pengukuran berikut :
a. 11 cm b. 0,8 kg c. 4,15 m d. 0,000025 ton
4. Nyatakan ukuran –ukuran yang dapat diterima yang terbesar dan terkecil berikut ini dan jelaskan toleransinya :
a. ( 125 ± 4 ) detik c. ( 2,58 ± 0,007 ) mm
b. ( 1,02 ± 0,03 ) dm d. ( 1046 ± 2,5 ) km2
5. Carilah batas-batas atas dan bawah dari jumlah dan selisih yang sebenarnya dari pengukuran – pengukuran berikut ini :
a. 7,6 gram dan 2,9 gram c. 1276 km dan 291 km
b. 3,16 mm dan 0,85 mm d. 25,74 m dan 2,5 m
6. Berapakah
panjang minimum kawat yang harus dibeli supaya cukup untuk membuat
bingkai dari suatu segi lima beraturan dengan sisi 15 cm
7. Panjang dan lebar sampul diukur sampai sentimeter terdekat dan hasilnya masing-masing 12 cm dan 10 cm. Carilah jangkauan yang mungkin dari keliling sampul itu.
8. Panjang
segulungan kawat ialah ( 250 ± 10 ) meter . Saya hendak memotong 10
potongan masing-masing sepanjang 15 meter dari gulungan itu , tetapi
pengukuran setiap potong mempunyai salah mutlak sebesar 0,1 m. Dalam
batas-batas mana sisa potongannya?
9. Dari 2,10 meter panjang kain , dipotong sebagian yang panjangnya 65,5 cm . Berapakah batas-batas dari sisanya ? Jelaskan !
10. Jelaskan batas-batas dari luas suatu pekarangan yang berbentuk segitiga siku-siku dengan sisi-sisi tegak 9 m dan 6 m
Bab IV
Penutup
Bahan
ajar ini membahas konsep aproksimasi dalam masalah pengukuran secara
umum, belum memberikan contoh-contoh dari semua program keahlian yang
ada di Sekolah Menengah Kejuruan. Pada akhir setiap pembahasan diberikan
soal latihan dan apabila ada kesulitan dalam menjawab soal latihan
dapat didiskusikan dengan peserta lain.
Agar
peserta diklat dapat lebih memahami konsep aproksimasi dalam masalah
pengukuran yang sesuai dengan program keahlian yang diajarkan di
sekolah, disarankan peserta mendiskusikan dengan peserta lain untuk
mengembangkan dan memberikan contoh-contohnya.
Kunci Jawaban
Latihan 1 :
1. a, d, f, g, dan h diperoleh dengan mengukur
2. a. 684570 b. 684600 c. 685000 d. 680000
3. a. 4,9 b. 0,5 c. 308,0 d. 48,1 e. 13,3
4. a. 4 b. 28,09 c. 17,9 d. 0,0053 e. 3,24
5. a. 1,2 cm b. 1,2 cm c. 1,186 cm d. 1,19 cm
Latihan 2 :
1. jelas
2. 152,5 cm sampai 153,5 cm
3. a. b. c. d.
4. a. toleransinya 8 detik b. 0,6 dm c. 0,014 mm d. 5 km2
5. jelas
6. jelas
7. Jangkauan keliling 42 cm sampai 46 cm
8. 99 m sampai 111 m
9. 143,95 cm sampai 145,05 cm
10. jelas
Daftar Pustaka
Abdul kodir dkk, 1976, Matematika untuk SMA, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
E.T. Ruseffendi, 1989, Dasar – dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru, Bandung, Tarsito
Gerard Polla dkk, 1982, Matematika untuk SMTK, Jakarta, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
PAUL CALTER, 1979, Theory and Problems of Technical Mathematics, Schaum’s outline, Mc-GRAW.HILL BOOK COMPANY
ST. NEGORO – B. HARAHAP, 1985, Ensiklopedia Matematika, Jakarta, Ghalia Indonesia.